30 April 2012

KEBERKAHAN WAKTU

Membaca jalan hidup (sirah) ulama salaf as-shalih benar-benar mengagumkan, bahkan mungkin akan timbul keheranan. bagaimana tidak? kita hidup di dunia yang sama, dalam sehari-semalam diberi jatah waktu yang sama. Bahkan dengan kemajuan teknologi di zaman kita kini, kita diberikan keunggulan kendaraan yang lebih cepat dibandingkan mereka dulu, Kita diberikan kemudahan sarana komunikasi, dan berbagai macam fasilitas lainnya yang serba memudahkan kita.

Namun dengan berbagai kemudahan dan keunggulan tersebut pada kita, kenapa mereka bisa lebih banyak berbuat daripada kita?



Ditengah keterbatasan transportasi, mereka masih sempat mengembara menuntut ilmu kepenjuru benua. Berguru pada ratusan bahkan ribuan guru. Belajar berbagai disiplin ilmu yang luas dan mendalam.

ditengah keterbatasan sarana komunikasi, mereka sempat dan semangat menyampaikan ilmu yang mereka dapat kepada siapa saja. Ditengah keterbatasan alat tulis, mereka bisa berkarya menuliskan puluhan, bahkan ratusan buku yang tak pernah basi dibaca.

Mereka bukan orang-orang yang menuntut bayaran dari karya mereka, atau meminta-minta pada orang lain untuk membiayai perjalanan studi mereka. Mereka menghidupi diri dari keringat mereka sendiri.

Ditengah kesibukan mereka tersebut, mereka juga orang-orang yang tekun beribadah: Sholat malam, mengkhatamkan al-Qur`an, dzikir, bahkan adakalanya harus turut terlibat dalam peperangan, berjihad menentang upaya penjajahan musuh-musuh Islam.

Kenapa bisa?

Ini bukan masalah berapa waktu yang diberikan Allah pada kita, namun tentang bagaimana kita menggunakan waktu itu.

1. Jangan mau jadi orang yang rugi
Orang yang rugi dalam perdagangan adalah orang yang diberikan modal, namun modalnya habis, sementara untung tak didapat. Jika waktu ini adalah modal kita, maka keuntungan apa yang harus kita raih sebelum habis modal ini? Jawabannya sangat menentukan siapa diri kita.
Tak sedikit orang2 yang merugi, bahkan tertipu. Yang pasti, hanya satu yang tidak merugi : orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

2. Raih Keberkahan Waktu
Berkah artinya adalah jiyaadatul khair, tambahan berupa kebaikan dari Allah. Allah telah menjanjikan, bahwa bila kita bersyukur, maka niscaya akan Dia tambah nikmat-Nya kepada kita. Itulah kunci keberkahan: SyukurJika waktu ini adalah nikmat Allah, bagaimanakah kita mensyukurinya?

Syukur maknanya adalah lawan dari kufur (ingkar): Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya)".

Kufur nikmat, maknanya tidak mempergunakan nikmat tersebut sesuai kehendak Allah, Syukur nikmat maknanya: mempergunakan segala nikmat tersebut sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah.   "...Kemudian Dia Menyempurnakan dan Meniupkan kedalam (tubuh)Nya roh (ciptaan)Nya dan Menjadikan Kamu Pendengaran, Penglihatan, dan hati,  (tetapi) Kamu sedikit sekali bersyukur.’’, maknanya: sedikit sekali kamu bersyukur dan banyak diantara kamu yang kufur yakni kamu yang tidak mefungsikan anugrah-anugrah itu sebagaimana yang Allah kehendaki, tetapi menfungsikannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

Jika kita bersyukur, maka keberkahan waktu itu-pun akan kita peroleh. Bertambahnya nikmat Allah ini bisa dalam berbagai bentuk, baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, waktu yang berkah akan menghasilkan amal yang berkualitas. Secara kuantitas, Allah akan "memanjangkan" waktu untuk kita. 

Wallahu a'lam


Share/Save/Bookmark

0 Comments: