03 Julai 2011

Shalat Khusyu'

Ada yang bilang bahwa sholat yang khusyu itu bisa sampai pada mati rasa dan indra karena fokus pada Allah, seolah melihat Allah, seolah melihat keindahan yang begitu indah sehingga lupa dengan apa yang ada di sekelilingnya.

mereka mengumpamakan dengan anak kecil yang lari menuju apa yang dia tuju, hingga kadang tak peduli menyeberang jalan besar yang penuh mobil...

Pendapat ini kadang dibumbui dengan cerita-cerita yang entah dari mana sumbernya... Umpamanya cerita tentang seorang sahabat yang sholat dalam suasana peperangan, saking khusyu'nya hingga tak merasa kalau sedang dipanah, hingga si pemanahnya yang takut sendiri...

Atau cerita tentang syekh anu yang sholat sampai-sampai tidak merasa kalau terjadi kebakaran...

maaf... bukan bermaksud mendiskritkan kaum tasawwuf, tapi pendapat ini dan cerita ini biasanya berkembang dikalangan mereka yang mengaku menempuh jalan Sufi...

Entah cerita tersebut benar atau salah, yang nyata bahwa pendapat ini jelas salah.

Sebagai bukti, Rasulullah adalah orang yang paling taqwa. Suri tauladan terbaik bagi Muslimin. Cara sholat beliau menjadi panutan dimana beliau bersabda: "Sholatlah sebagaimana aku sholat".

Bagaimanakah beliau sholat? Apakah sampai lupa rasa? Betul, beliau sholat malam hingga kaki beliau bengkak (entah berasa atau tidak), namun harap dilihat lagi hadits lain bahwa beliau kemudian juga sholat malam dengan duduk. Dalam kelanjutan hadits tersebut 'A`isyah berkata: "Ketika beliau telah tua, beliau sholat dengan duduk. Maka apabila beliau hendak ruku', beliau berdiri kemudian beliau membaca (beberapa ayat. dalam hadits lain sekitar 40 ayat menjelang terakhir), kemudian beliau ruku'" (H.R.Bukhari)

Apakah beliau sholat mati indra? Ternyata tidak juga. Beliau pernah sholat sambil menggendong cucu beliau. beliau bahkan memerintahkan membunuh dua binatang hitam meskipun dalam sholat, yaitu ular dan kalajengking, bahkan dalam sholat khauf diperintahkan tetap menyandang senjata (Q.S.An-Nisa:102)

Bukti lain, Rasulullah mengajarkan tentang cara makmum mengingatkan imam bila imam terlupa. Bagi laki-laki dengan membaca "subhaanallah" dan bagi waita dengan menepuk tangan...

Bagaimana mungkin semua itu bisa dilakukan bila sholat mati indra? Mungkinkah Rasul mengajarkan sholat yang tidak khusyu'?

Lalu bagaimanakah sholat yang khusyu’ itu?

  1. Ikhlash
    Sholat yang khusyu’ adalah sholat yang ikhlash semata karena Allah. Mengharap pahala dan ganjaran dari Allah. Mengharap sorga-Nya. Mengharap pertolongan-Nya, tidak mengharap balasan dari makhluk atas ibadahnya kepada Khaliq. (lihat Q.S. Al-Ma’uun)
  2. Mengikuti Cara Rasul dalam gerakan dan bacaan
    Yang pasti, sholat khusyu’ harus mengikuti tata cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah dalam hal gerakan dan bacaannya. Rasulullah telah bersabda: “Sholatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku sholat”.

    Tidak jarang orang yang mengkhusyu-khusyu’kan diri dalam sholat namun justru sikapnya justru jadi salah. Ada yang takbiratul ikhram sampai berkali-kali. Benar-benar kasihan makmum yang mengikuti. Atau jika dia makmum maka sikap dia justru jadi mengganggu makmum yang disebelahnya. Ada pula yang meletakkan tangan di lambung ketika sholat, tidak di atas dada sebagaimana yang diperintahkan. Ini dengan alasan agar lebih bisa khusyu. Ada pula makmum yang ogah kakinya bersentuhan dengan kaki makmum disebelahnya, padahal merapatkan shaff diperintahkan oleh Rasulullah… Ada banyak lagi kasus-kasus yang terjadi di masyarakat demi alasan “khusyu”, namun justru jadi melenceng dari tuntunan yang diajarkan.
  3. Tuma’ninah/ tenang dan tidak terburu-buru dalam gerakan dan bacaan
    Sikap tenang dan tidak terburu-buru ini bahkan telah diperintahkan semenjak sebelum sholat/ semenjak berjalan menuju ke tempat sholat.

    Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika engkau hendak mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudlu', lalu bacalah (ayat) al-Quran yang mudah bagimu, lalu ruku'lah hingga engkau tenang (tu'maninah dalam ruku', kemudian bangunlah hingga engkau tegak berdiri, lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud, kemudian bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk, lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud. Lakukanlah hal itu dalam dalam sholatmu seluruhnya." Dikeluarkan oleh Imam Tujuh lafadznya menurut riwayat Bukhari. Menurut Ibnu Majah dengan sanad dari Muslim: "Hingga engkau tenang berdiri."
  4. Fokus pada bacaan, tidak berkata dan bergerak yang tidak perlu
    Zaid Ibnu Arqom berkata: Kami benar-benar pernah berbicara dalam sholat pada jaman Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, salah seorang dari kami berbicara dengan temannya untuk keperluannya, sehingga turunlah ayat “Peliharalah semua shalat, dan shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah dengan khusyu”. (Q.S.2:238), lalu kami diperintahkan untuk diam dan kami dilarang untuk berbicara. (Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim)
  5. Nyaman
    Perasaan nyaman juga berpengaruh dalam kekhusyu’an sholat. Bacaan dan gerakan yang tidak tuma’ninah kadang juga mencerminkan adanya rasa ketidak nyamanan dalam sholat.

    Itulah hikmahnya kenapa Rasululah umpamanya mengharamkan seseorang sholat ketika makanan telah dihidangkan, atau ketika menahan buang hajat:

    Menurut riwayat dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anha bahwa dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak diperbolehkan sholat di depan hidangan makanan dan tidak diperbolehkan pula sholat orang yang menahan dua kotoran (dari dubur dan qubul, maksudnya dari buang air besar dan kecil)".
Walahu a'lam


Share/Save/Bookmark

0 Comments: