20 Januari 2011

LOGIKA KEIMANAN

Adakah Tuhan?
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan, Karenanya tak heran atheis menolak adanya Tuhan.

Alkisah pada suatu hari seorang atheis mengundang seorang alim berdebat tentang Tuhan. Inti yang dia tanyakan: Adakah Tuhan? Apa buktinya jika memang benar ada?


Lama si atheis menunggu hingga hampir masuk waktu malam, barulah kemudian si alim datang.

Si alim berkata: Maaf telah membuat anda lama menunggu. Tadi saya mendapat halangan di jalan. Jembatan yang menghubungkan ke tempat ini hanyut terbawa air banjir. Untungnya tadi ada sebatang pohon yang hanyut. Batang pohon itu kemudian terbelah-belah menjadi papan, lalu menjadi sebuah sampan yang dengannya saya dapat menyeberang ke sini.

Mendengar keterangan si alim, si atheis ngakak. Dia berkata: Mana mungkin sebatang pohon bisa berubah menjadi papan dengan sendirinya, terlebih kemudian menjadi sampan yang dapat kamu pakai buat menyeberang?.

Maka kemudian si alim berkata: Bila anda tidak percaya dan menganggap mustahil sebatang pohon kayu menjadi sebuah sampan dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya, lalu bagaimana anda bisa meyakini bahwa manusia serta alam semesta ini  dengan segala isinya ada dengan sendirinya tanpa adanya yang membuat/ menciptakan?

Manakah yang lebih sulit: pembuatan sampan ataukan penciptaan manusia dan alam semesta? Inilah bukti adanya Tuhan Yang Maha Pencipta.

Si atheis berkata: Bagaimana mungkin Tuhan ada sementara dia tak ada? Siapa yang pernah melihat dia?

Maka si alim mencolokkan seutas kabel ke colokan listrik dan meminta si atheis memegang ujungnya. Tentu saja si atheis menolak. Maka kata si alim: Kenapa anda takut tidak mau memegang ujung kabel ini?

Si atheis menjawab: Tentu saja saya takut dan tidak mau memegang ujung kabel itu, karena ada setrum yang mengalir. Bisa mati kesetrum ntar saya.

Maka si alim berkata: Dari mana kamu tahu ada strum? Apakah kamu melihat setrum? Apakah setrum itu? Apakah anda melihat ada perbedaan pada kabel ini sewaktu saya colokkan ke colokan listrik ini dengan sebelumnya?

Si atheis masih terus saja membantah dan bertanya: Kalau dia memang benar ada, lalu di mana dia?

Maka si alim menjawab: jika kamu tidak mengakui dia ada karena dia tidak bisa kamu lihat, karena keberadaannya tidak kamu ketahui, maka sungguh anda benar-benar orang yang tidak berakal

Si atheis heran dan berkata: bagaimana bisa kamu menghina saya dan mengatakan saya tidak berakal haya karena saya tidak percaya dan mengatakan demikian?

Maka jawab si alim: Saya tidak menghina anda. Namun anda yang menghina diri anda sendiri. Cobalah jawab: Apakah anda berakal? Jika benar, lalu di mana akal anda?


Share/Save/Bookmark

0 Comments: