19 Ogos 2009

Ramadhan Bulan Jihad

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Dari Tsauban, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Nyaris (datang masanya) dimana umat-umat (yang lain) mencabik-cabik kalian sebagaimana makanan dicabik-cabik di atas nampan”. Seseorang bertanya: Apakah (hal itu terjadi) karena (umat) kita/ umat Islam ketika itu sedikit, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: “(Tidak), bahkan kalian banyak pada saat itu. Akan tetapi kalian laksana buih air bah. Dan sungguh Allah akan mencabut rasa sungkan kepada kalian dari hati musuhmu, dan Allah akan melemparkan al-wahn dalam hati kalian”. Seseorang bertanya: Apakah al-Wahn itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “(al-wahn itu adalah) cinta dunia dan takut mati. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)

Jika Islam ini diibaratkan sebuah bangunan, maka Aqidah adalah pondasinya, syari’ah adalah bangunan yang berdiri di atas pondasi tersebut dan jihad adalah laksana atap dan benteng yang melindungi bangunan tersebut. Bisa kita bayangkan bagaimana seandainya jihad tidak ada dalam ajaran Islam, niscaya umat Islam akan terombang-ambing dan tercabik-cabik, sebagaimana yang digambarkan dalam hadits di atas. Bahkan boleh jadi umat Islam akan habis binasa tak tersisa.

Orang-orang kafir amat sangat faham akan hal ini. Setiap kali mereka berupaya memerangi Islam niscaya mereka akan berhadapan dengan kekuatan umat Islam dengan semangat Jihad mereka. Mereka telah membuktikannya dalam serentetan Perang Salib. Mereka sadar, memerangi Islam secara fisik adalah hal yang sulit, bahkan mustahil. Satu-satunya cara adalah dengan perang pemikiran (ghazwul Fikri), yaitu dengan menjauhakan umat Islam dari ajaran Islam, bahkan kalau perlu dibuat agar mereka membenci ajaran mereka sendiri. Maka dibuatlah makar.

Makar untuk meruntuhkan Islam sebenarnya sudah sejak lama berlangsung. Sejak dulu Rasulullah telah dituduh sebagai orang gila (15:6), dituding sebagai tukang sihir (10:2), bahkan beliau yang telah terkenal sebagai Al-Amin dituduh sebagai pendusta (38:4). Bahkan karena simpang siurnya kecaman kepada beliau sehingga mereka merasa perlu berunding untuk memutuskan tuduhan apa yang pantas diberikan kepada beliau (74: 18-25) Tuduhan-tuduhan itu tidak lain adalah untuk memalingkan manusia dari da’wah Islam dan agar semua orang memusuhi beliau serta Islam yang beliau bawa.

Sejak konspirasi WTC pada 11 September 2001, Amerika seolah punya “tiket” untuk membumi hanguskan Irak dan Afghanistan. Semboyannya hanya satu: bersama Amerika atau bersama terroris. Artinya, siapa saja yang tidak mendukung langkah-langkah Amerika maka dituduh sebagai terroris. Entah suatu yang kebetulan atau memang telah direkayasa, kata terroris seakan melekat pada Islam. Mungkin karena Islam tidak pernah mendukung kearoganan Amerika atau karena memang musuh-musuh mereka di sana adalah orang-orang Islam.

Sebagian orang-orang Islam yang tidak berdaya menghadapi kearoganan Amerika di medan tempur yang sesungguhnya, menjadikan seluruh bumi sebagai medan tempur mereka. Akibat ulah mereka, tidak sedikit orang-orang yang tidak terlibat langsung dengan Amerika turut menjadi korban. Perbuatan mereka yang mengatas namakan Jihad ini seolah memberikan legimitasi untuk men-cap Islam dan ajaran jihad sebagai terroris. Mereka seolah jadi punya alasan untuk menghapuskan ajaran Jihad dari Islam.

Upaya untuk mengkerdilkan makna jihad dan bahkan kalau perlu menghapuskannya, adalah upaya yang sudah cukup lama berlangsung. Semenjak kejadian konspirasi WTC, Amerika sudah punya agenda besar untuk menghapuskan ajaran ini dari ajaran Islam. Beberapa tahun lalu kita sudah pernah mendengar bagaimana usulan digulirkan untuk “menata ulang” kurikulum pesantren, karena disinyalir pesantren menjadi “sarang terroris”. Ketika upaya itu ditentang oleh umat Islam, apakah kita mengira bahwa mereka akan tinggal diam? Tanpa ada peristiwa Bom Bali atau Bom Kuningan sekalipun, pastinya mereka akan berupaya mendiskritkan ajaran Jihad. Atau bahkan boleh jadi sebenarnya Bom Bali dan Kuningan adalah bagian dari rencana panjang mereka.

Namun bagaimanapun makar mereka, Allah Maha Pembalas makar: “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (3:54). “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (61:8). Walaupun mereka berupaya memadamkan Api Jihad dengan mulut-mulut mereka, namun tiupan mereka justru makin mengobarkan api jihad itu sendiri, hingga pada akhirnya mereka sendiri yang akan terbakar. Kita ingat, pasca konspirasi WTC umat Islam seolah disudutkan. Namun faktanya justru semakin banyak yang bersimpati pada Islam dan kemudian masuk Islam. Dan itu terjadi di Amerika sendiri.

Mereka ingin menjauhkan Jihad dari ajaran Islam, bahkan jika perlu membuat umat Islam membenci ajaran jihad sehingga dengan sendirinya umat Islam akan meninggalkan jihad. Namun upaya ini justru makin mempopulerkan Jihad. Sebelunya mungkin tidak banyak yang tahu apa itu jihad. Pengajian-pengajian dan majelis-majelis ta’lim hanya membahas Kitab Tharah, Sholat dan Adab. Kadang-kadang menyentuh pada Kitab Puasa dan Haji bila telah masuk “musimnya”. Jarang sekali bahkan mungkin tidak pernah terdengar pembahasan tentang had, ta’zir, jihad, dll. Dengan ramainya pemberitaan media tentang masalah ini, maka seoalah sekarang telah masuk “musimnya” untuk mengkaji masalah Jihad.

Masalah ini hendaknya diperhatikan betul-betul oleh para da’i, agar dapat menyampaikan masalah jihad ini secara berimbang dan apa adanya. Penyampaian yang salah dan dilandasi rasa takut yang berlebihan karena gencarnya sikap antipati terhadap jihad justru akan mengebiri makna Jihad itu sendiri. Itulah yang diinginkan oleh JIL, pepanjangan tangan dari Barat. Penyampaiaan yang setengah-setengah juga bisa menyebabkan orang gampang main labrak tanpa perhitungan yang matang. Maka dalam Ramadhan kali ini, penulis mengajak pada para da’i, marilah sampaikan masalah Jihad kepada masyarakat agar masyarakat tahu tentang Jihad yang sebenarnya. Bukan Jihad dalam pemahaman JIL apalagi menuruti kemauan Amerika, namun juga bukan jihad ala NMT. Mari Kita jadikan RAMADHAN ini sebagai BULAN JIHAD. Bahkan jika mungkin, kita pelopori “kurikulum jihad” dalam pelajaran sekolah, atau setidaknya diadakan seminar dan diskusi. Mereka ingin jihad dihapuskan, maka kita ajarkan jihad. Jika ada “pendidikan seks” karena maraknya seks bebas, lalu kenapa tidak ada pendidikan jihad karena maraknya “jihad bebas”?


Share/Save/Bookmark

1 Comment:

Ahmad Ali said...

Barokallohu fiik ya achii...

Bersatulah wahai ummat islam n jangan takut pada para kafirin karna sesungguhnya Alloh menyertai kita...