A. Berobatlah
Allah telah menetapkan hukum sebab-akibat. Allah telah menjanjikan tidak akan merobah nasib suatu kaum hingga mereka sendiri mau merobah nasib mereka sendiri. Demikianlah, Rasulullah banyak memotivasi agar berobat. Diantaranya beliau bersabda:
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Dari Jabir (radhiyallahu ‘anhu), dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Bagi setiap penyakit ada obatnya, maka bila obat itu cocok dengan penyakitnya, niscaya akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla” (H.R. Muslim)
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرُ فَسَلَّمْتُ ثُمَّ قَعَدْتُ فَجَاءَ الْأَعْرَابُ مِنْ هَا هُنَا وَهَا هُنَا فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَتَدَاوَى فَقَالَ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ الْهَرَمُ
Dari Usamah bin Syariik, ia berkata: Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau, seolah ada burung (bertengger) di atas kepala mereka (duduk diam dan tenang). Aku memberi salam kemudian ikut duduk. Tiba-tiba datang Arab Badwi sambil mondar-mandir. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah! Haruskah kita berobat? Rasulullah menjawab: “Betul wahai para hamba Allah, berobatlah… karena Allah ‘Azza wa Jalla tidak menciptakan penyakit melainkan juga menciptakan kesembuhan (obat), kecuali satu penyakit”. Mereka bertanya: “Sakit apa itu?” Beliau menjawab: “Tua”. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)
B. Berobat Dengan yang Halal
Tentang boleh atau tidaknya berobat dengan sesuatu yang diharamkan, memang masih terjadi khilafiyah. Sebagian mengatakan boleh dengan alasan dharurat, sebagaimana diperbolehkan makan daging babi bagi yang kelaparan sementara tidak ada makanan lain selain yang haram. Makan adalah obat bagi lapar agar tubuh tidak binasa.
Sebagian yang lain mengatakan tidak boleh beralasan dengan hadits:
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلَا تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
Dari Abu Darda (radhiyallahu ‘anhu), ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Seseungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat dan menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tapi janganlah berobat dengan yang haram” (H.R. Abu Dawud)
Terlepas dari khilafiyah ini, hendaknya kita berupaya mencari pengobatan-pengobatan yang dihalalkan, apalagi bila penyakit tersebut belum sampai taraf dharurat yang dapat membawa pada kematian.
C. Kenali Penyakit, Temukan Obat
Ibnul Qayyim al-Jauziyah banyak menulis tentang penyakit hati dan obatnya. Khusus tentang penyakit fisik, beliau menulis kitab “at-Thibb an-Nabawi” (Pengobatan Cara Nabi). Ibnul Qayyim berkata: Kaidah pengobatan penyakit fisik itu ada tiga, dan semua itu tersirat di dalam Al-Qur`an, yaitu: dengan menjaga kesehatan badan ( حفظ الصحة ), Memelihara fisik dari hal yang dapat menyakiti/ menambah parah penyakit ( الحمية عن المؤذي ) dan menghilangkan hal-hal yang mendatangkan penyakit ( استفراغ المواد الفاسدة ).
- Menjaga kesehatan badan.
Untuk itu Allah membolehkan bagi musafir untuk tidak berpuasa. Allah berfirman: “Barangsiapa yang sakit atau sedang dalam safar maka tidak mengapa baginya untuk mengganti di hari yang lain” (Q.S. 2:184)
Dalam ayat tersebut, musafir diperbolehkan meng-qadha di hari lain agar ia dapat menjaga kesehatan dan kekuatannya, walaupun tetap saja di ujung ayat Allah berpesan bahwa “Berpuasa itu lebih baik bagimu”, namun pertimbangan untuk memilih tetap berpuasa atau tidak juga harus diambil berdasar perhitungan yang matang (ilmu), yaitu “Jika kamu mengetahui (bahwa berpuasa itu tidak akan menyebabkan mudharat bagimu)”.
Ibadah yang wajib saja Allah berikan keringanan agar seseorang tersebut tetap bisa menjaga kekuatan tubuhnya sehingga dia tidak terganggu dalam safarnya yang dapat membawa mudharat yang lebih besar bagi dirinya sendiri, apalagi untuk hal-hal yang sebenarnya sifatnya hanya kesengan, semisal jalan-jalan, begadang, merokok, dll... maka sudah semestinya kita rela meninggalkannya demi menjaga kesehetan tubuh. Jika tubuh sehat, maka kita bisa berkarya dan beribadah lebih baik lagi.
Intinya adalah untuk menjaga stamina bagi orang yang masih sehat, dan hal tersebut bisa dilakukan dengan meninggalkan sesuatu yang dapat mendatangkan penyakit, seperti merokok, menforsir tenaga, dll. Dan bisa juga dengan melakukan sesuatu, seperti berolahraga, mengkonsumsi makanan sehat, dll.
- Memelihara badan dari segala hal yang dapat menyakiti/ menambah parah penyakit.
Untuk itu Allah memberikan keringananan bagi orang yang sakit untuk tidak puasa dan meng-qadha di hari lain (Q.S. 2:184). Orang yang masih sehat saja dianjurkan untuk menjaga stamina, apalagi yang sakit.
- Menghilangkan hal-hal yang mendatangkan penyakit.
Untuk itu, Allah membolehkan bagi orang yang sedang ihram (haji atau umrah) yang punya penyakit di kepala seperti banyak kutu, penyakit kulit kepala, dsb untuk mencukur rambut sebelum waktunya. (Al-Baqarah: 196)
Contoh lainnya, Allah membolehkan orang yang sakit untuk mengganti wudhu atau mandi janabat dengan tayamum (Q.S. An-Nisa: 43)
Menghilangkan penyakit ini juga bisa dengan melakukan sesuatu (seperti mencukur rambut tempat bersarangnya kutu) dan bisa juga dengan meninggalkan sesuatu (seperti menghindari kontak dengan air jika itu dapat menambah parah penyakit).
Diantara bagian dari itu semua adalah menjaga kondisi hati dan fikiran kita. Dalam ilmu kedokteran, organ tubuh yang paling vital yang berhubungan dengan kehidupan manusia ada tiga: Otak, Jantung dan Paru-paru. Semuanya saling terhubung dan mempengaruhi.
Indra manusia adalah pintu gerbang jiwa mereka. Otak menerima stimulus dari gerbang-gerbang ini, yang merangsang organ lain untuk bekerja. Orang yang kaget umpamanya, bisa memicu jantungnya untuk memompa darah lebih cepat.
Sakit stroke umpamanya, terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Terjadinya penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah erat kaitannya dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi lemak berlebih. Akan bertambah parah jika pembuluh darah ini sampai pecah. Penyebab pecahnya pembuluh darah ini adalah diantaranya karena hipertensi (tekanan darah tinggi). Karena itu, penting bagi mereka untuk menjaga diri agar tidak stress.
Allah telah memberikan solusi agar ketenangan hati tetap terjaga dan terhindar dari stress: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”. (Q.S. Ar-Ra’d: 28).
Sebaliknya, orang yang kufur dan hanya mengejar kepentingan duniawi, digambarkan oleh Allah: “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya , niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S. Al-An’am: 125)
D. Berdoa
Diantara upaya mencari kesembuhan yang disyariatkan adalah berdo’a (ruqyah), memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa. Rasulullah menganjurkan beberapa do’a, diantaranya:
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ الثَّقَفِيِّ أَنَّهُ قَالَ قَدِمْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِي وَجَعٌ قَدْ كَادَ يُبْطِلُنِي فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلْ يَدَكَ الْيُمْنَى عَلَيْهِ وَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَقُلْتُ ذَلِكَ فَشَفَانِيَ اللَّهُ
Dari Utsman bin Abi al-Ash ats-Tsaqafy, beliau berkata: Aku datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku meempunyai penyakit yang hampir membinasakan aku. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: “Letakkan tangan kananmu ditempat yang sakit, kemudian bacalah sebanyak tujuh kali: Bismillaahi a’uudzu bi ‘izzatillaahi wa qudratihi min-syarri maa ajidu wa uhaadzir (Dengan Nama Allah, aku berlindung dengan Kemulyaan Allah serta kekuasaannya dari kejelekan (penyakit) yang aku dapati dan aku takuti)”. (H.R. Muslim, Ibnu Majah, Thabrani, dll)
قال أنس يعني لثابت ألا أرقيك برقية رسول الله قال بلى قال فقال اللهم رب الناس مذهب البأس اشف أنت الشافي لا شافي إلا أنت اشفه شفاء لا يغادر سقما
Anas berkata kepada Tsabit radhiyallahu ‘anhuma: Maukah kamu aku ruqyah (doa untuk orang sakit) dengan ruqyah Rasulullah? Tsabit berkata: tentu. Maka ia berkata: “Allaahumma Rabban-naasi Mudzhibil ba`saa isyfii Anta Syaafi laa syaafiya illa Anta, isyfihi syifaa-an laa yughaadiru saqooma (Yaa Allah, Pemelihara manusia, Yang Maha Kuasa menghilangkan segala penyakit, berikanlah kesembuhan, sesungguhnya Engkaulah Sang Penyembuh, tiada Penyembuh meliankan hanya Engkau, sembuhkanlah ia dengan kesembuhan yang tiada diiringi kesusahan” (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, dll)
Do’a yang kedua di atas sebenarnya adalah do’a untuk menjenguk orang sakit. Namun tidak ada salahnya bagi si sakit sendiri untuk mendoakan dirinya sendiri dengan do’a tersebut.
E. Bersabar Terhadap Penyakit
Ketika sakit, disamping berupaya mencari kesembuhan, sudah semestinya kita juga bersabar, karena penyakit juga adalh ujian dari Allah.
Diantara bentuk bersabar adalah tidak berputus asa sehingga mengangankan kematian, apalagi jika sampai angan itu diwujudkan dengan upaya mengakhiri hidup sendiri (bunuh diri).
عَنْ قَيْسٍ قَالَ أَتَيْتُ خَبَّابًا وَقَدْ اكْتَوَى سَبْعًا قَالَ لَوْلاَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَانَا أَنْ نَدْعُوَ بِالْمَوْتِ لَدَعَوْتُ بِهِ
Dari Qais radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku menjenguk Khabbab radhiyallahu ‘anhu, sedangkan ia terluka tujuh (banyak) tikaman (dalam peperangan). Ia berkata: “Seandainya Rasulullah tidak melarang kami untuk memohon kematian, niscaya aku akan berdoa agar dimatikan”. (Bukhari, Nasa`i, Ahmad)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah kalian mengangankan kematian karena ditimpa suatu kesusahan. Jika ia terpaksa juga harus melakukkannya, maka hendaknya cukup ia berdoa: Yaa Allah... hidupkanlah aku bila hidupku ini baik untukku, dan wafatkanlah aku jika wafatnya aku itulah yang terbaik untukku”. (Bukhari, Muslim, Ahmad, dll).
F. Sakit Adalah Penggugur Dosa
عن عبد الله قال: دخلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو يوعك كما يوعك رجلان منكم قلت ذلك أن لك أجرين, قال: أجل, ذلك كذلك. ما من مسلم يصيبه أذى شوكة فما فوقها إلا كفر الله بها سيئاته كما تحط الشجرة ورقها
Dari Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: "Aku menjenguk Rasulullah saw. ketika beliau sedang menderita demam. Aku berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Anda sedang menderita demam cukup keras". Rasulullah saw. bersabda: "Memang benar, aku menderita demam seperti yang diderita oleh dua orang sekaligus di antara kamu". Aku berkata: "Itu berarti Anda beroleh dua buah pahala sekaligus?". Rasulullah saw. bersabda: "Memang betul begitulah. Setiap muslim yang ditimpa suatu musibah berupa rasa sakit karena tertusuk duri sekalipun atau yang lebih dari itu, maka karenanya Allah menghapus kesalahan-kesalahannya, seperti sebuah pohon yang merontokkan daun-daunnya". (H.R. Muslim)
0 Comments:
Post a Comment