Arti Cinta
Beraneka macam orang mendefinisikan arti cinta. Mungkin karena cinta adalah sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang rumusnya telah nyata dan bisa dipelajari.
Ibnu Qayyim menuliskan Dalam bukunya 50 istilah dalam Bahasa Arab yang berkaitan dengan cinta. Setiap kata mewakili maknanya dan nilai rasanya sendiri atau sebagai penjelasan dari kata yang lain. Sebuah gambaran betapa luasnya makna cinta, dan betapa besarnya akibat dan pengaruhnya dalam jiwa dan perbuatan manusia.
Dari Mana Datangnya Cinta?
Mata dan telinga adalah dua pintu gerbang utama jiwa manusia. Maka sering sekali Allah mengingatkan agar manusia menggunakan pendengaran dan penglihatan ini untuk melihat dan mendengar kebenaran. Allah berfirman: “…Maka apakah kamu tidak mendengar?” (28:71). Allah juga berfirman: “…maka apakah kamu tidak melihat/ memperhatikan?” (43:51).
Melalu pintu gerbang ini jiwa dan akal manusia bisa menangkap informasi-informasi, dan akhirnya dapat mempengaruhi prilaku seseorang.
Allah sangat mengecam orang yang tidak mempergunakan pintu gerbang jiwa ini dengan sebenarnya, atau mengetahui kebenaran namun tetap menolaknya:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (7:179)
Tidak salah bunyi sepotong pantun Indonesia:
Dari mana datangnya lintah
Dari darat turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati.
Barangkali cinta tidak mesti lahir dari tatapan mata, sebab orang buta-pun bisa jatuh cinta, namun yang pasti, cinta bersemayam dan tumbuh di dalam hati.
hati.
Menjaga Pandangan = Menjaga Hati
Rasulullah menyatakan bahwa kedua mata itu dapat berzina dan bahwa keduanya merupakan awal dari zina kemaluan. Allah mengingatkan agar Muslimin menjaga pandangan. Peritah menjaga pandangan seiring dengan perintah menjaga kemaluan: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (24:30) Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,… (24:31)
Rasulullah-pun telah mengingatkan:
النَّظَرُ إِلى اْلمَرْأةِ سَهْمٌ مَسْمُومٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ فَمَنْ تَرَكَهُ (مِن) خَوْفِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَثَابَهُ اللهُ إِيمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِى قَلْبِهِ
“Memandang wanita (yang tidak semestinya) tak ubahnya bagaikan anak panah beracun diantara anak-anak panah Iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla niscaya Allah akan memberinya imbalan berupa iman yang ia rasakan kemanisannya di dalam kalbunya” (H.R. Ahmad)
Kalau demikian, jika ia terjerumus dalam kekacauan jiwa dan tidak dapat merasakan manisnya iman, maka tidak ada yang dapat dipersalahkan selain pelakunya sendiri karena membiarkan dirinya menjadi sasaran anak panah beracun Iblis itu.
Apakah Cinta Datangnya Tiba-Tiba?
Sebagian orang mengatakan bahwa cinta itu datang begitu saja. Namun golongan yang lain berpendapat bahwa cinta merupakan hal yang bersifat inisiatif karena mengikuti kemauan dan kehendak orang yang bersangkutan, karenanya dimasukkan ke dalam katagori taklif (beban hukum), mengingat pandangan mata, fikiran dan melibatkan diri dalam percintaan adalah perkara yang inisiatif
Akan tetapi, apabila seseorang telah menjalani semua penyebabnya, maka konsekuensi yang ditimbulkan olehnya menjadi hal yang bukan bersifat inisiatif lagi. Hal ini sama kedudukannya dengan mabuk karena minum khamer. Meminum minuman keras itu bersifat inisiatif, sedangkan konsekuensinya (mabuk) adalah suatu kepastian yang tak terelakkan. Berdasarkan ini, kedudukan mengumbar pandangan dan terus menerus memikirkan yang dipandangnya, sama kedudukannya dengan tindakan meminum minuman yang memabukkan, karena dia sendiri yang mengupayakan akibatnya.
Namun apabila cinta bersemi karena penyebab yang tidak dilarang, maka pelakunya pun tidak disalahkan, umpamanya seseorang yang masih mencintai mantan istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits kisah antara Barirah dan mantan suaminya, Mughits. Begitu pula umpamanya apabila seseorang memandang tanpa sengaja, kemudian segera memalingkan pandangan, namun cinta telah merasuk ke dalam hatinya tanpa kehendak darinya, maka yang bersangkutan tidak akan disalahkan setelah ia mengerahkan segala jeruh payahnya untuk menyingkirkannya.
Rindu
Menurut semua tabib, rindu adalah sejenis penyakit waswas, mirip dengan melankolis diakibatkan ulah si penderita itu sendiri. Penyebab psikologisnya karena ia menilai indah sesuatu dan memikirkannya. Sedangkan penyebab fisiknya karena naiknya hormon. Penyakit ini akan hilang dengan cepat bila si pasien sering bertemu dan puncaknya memadu rindu dengan kekasih. Karena itu, penyakit ini sering menghinggapi para lajang, atau pasangan suami-istri yang terpisah jauh, sebab mustahil bagi mereka memadu rindu dengan pasangan sahnya (tidak berzina).
Sebagian orang mengatakan bahwa rindu laksana penyakit gila. Mengacu pada sya’ir Qais bin Mulawwih yang dikenal dengan Majnun Laila:
“Mereka mengatakan: Kamu begitu tergila-gila
dengan wanita yang kamu cintai. Kujawab mereka:
rindu memang lebih berat daripada penyakit gila
orang yang dilanda kerinduan tak dapat disadarkan
sepanjang tahun, tetapi orang tidak sadar
karena penyakit gila hanya memakan waktu sesaat.”
Mabuk Rindu
Mabuk mengandung dua makna: dicapainya kesenangan dan hilangnya kemampuan membedakan. Kedua-duanya bisa muncul seiring sejalan atau salah satunya saja.
Penyebab mabuk ada beberapa macam, seperti karena penderitaan yang menyedihkan (Al-Hajj 22: 1-2), adakalanya karena kegembiraan yang melampaui batas sehingga ucapannya jadi tidak karuan dan sepak terjangnya aneh karena akal sehatnya hilang, sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang seseorang yang kehilangan onta dan perbekalannya di tengah gurun, tiba-tiba onta dan perbekalannya dia temukan kembali, sehingga lisannya berkata: “Yaa Allah! Engkau benar-benar hambaku dan Aku adalah Tuhan-Mu”. Rasulullah bersabda: أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ اْلفَرْحِ (dia keliru dalam berucap karena kegembiraannya yang sangat). Juga bisa karena makanan dan minuman. Jenis mabuk lainnya diantaranya adalah karena cinta. Cinta kepada harta, kedudukan, wanita, dan lain sebagainya.
Mabuk rindu (syahwat) lebih berat daripada mabuk karena khamer, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Firman-Nya yang menceritakan keadaan kaum Luth yang memiliki penyimpangan seksualitas :
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". (Q.S.15:72)
Jiwa itu mempunyai kesenangan dan hawa nafsu yang disukainya, namun pengetahuan akan bahaya hal yang disukainya itu, baik di dunia maupun di akhirat, mencegah orang yang bersangkutan untuk mempeturutkannya. Ketika orang dimabuk rindu, segala pertimbangan ini boleh jadi akan lenyap. Itulah orang yang dibutakan hatinya oleh cinta
Obat Cinta dan Mabuk Rindu
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Belum pernah terlihat ada obat yang lebih mujarab bagi dua orang yang jatuh cinta, selain menikah” (H.R. Ibnu Majah, Kitab Nikah, Bab Keutamaan Nikah).
Lalu bagaimana bila belum mampu? Maka tidak lain melainkan bersabar, senantiasa menjaga kesucian diri dan hati, serta senantiasa mengingat Allah. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesuciannya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya…” (Q.S. An-Nur: 33)
“…dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Q.S. 13:28)
Allah tidak pernah mengajarkan pacaran sebagai obat. Justru Allah memerintahkan agar kita selalu menjaga kesucian: kesucian jiwa dan raga, kesucian lahir dan batin. Bahkan sebenarnya pacaran itu sendiri adalah penyakit yang harus diobati. Tak jarang kita mendengar orang yang kecewa karena cinta lalu kemudian mencaci cinta, bahkan ada yang bunuh diri karenanya. Padahal kesalahan bukan pada cinta, namun karena salah dalam mendudukkan cinta.
Kesempurnaan Cinta
Semua orang mendambakan kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan. Apabila kenikmatan itu disukai karena memang menyenangkan, akan menjadi tercela bila kesudahannya justru mengakibatkan penderitaan yang lebih parah, atau menjadi penghalang untuk meraih nikmat yang lebh besar. Sebaliknya, kenikmatan itu akan terpuji bilamana akan menghantarkan pada kenikmatan yang kekal lagi mapan, yaitu kenikmatan negri akhirat.
Oleh sebab itu, setiap mukmin memperoleh pahala dari setiap kenikmatan yang boleh dirasakannya apabila ia berniat menjadikannya sebagai sarana meraih kenikmatan abadi negeri akhirat. Sebaliknya, ia akan mendapatkan siksa bila kenikmatan yang dirasakannya itu dari jalan yang diharamkan, sebagaimana sabda Rasulullah:
وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ أجْرٌ
“Dan pada pelampiasan birahi kalian itu terdapat ganjaran”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang dari kami melampiaskan birahinya lalu dia memperoleh pahala karenanya?” Rasul balik bertanya:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا
“Bagaimanakah menurut kalian bila ia melampiaskannya ke tempat yang diharamkan? Akankah ia akan mendapat dosa? Demikian pula sebaliknya, bila ia melampiaskannya ke tempat yang dihalalkan, maka niscaya ia akan memperoleh pahala”.
Setelah diketahui bahwa kesenangan di dunia dan kenikmatannya hanyalah untuk sementara waktu dan sebagai sarana untuk meraih kenikmatan negeri akhirat yang abadi sesuai dengan tujuan penciptaannya, untuk itulah dalam salah satu riwayat beliau bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia ini hanyalah kesenangan (yang sementara), dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita yang shalihah”
Kesempurnaan cinta hanya ada pada kecintaan kepada Allah dan menjadikannya puncak cinta tertinggi, sementara segala karunia yang Allah anugerahkan di dunia ini hanyalah sarana yang Allah ciptakan untuk menggapai cinta tertinggi.
Tanda dan Bukti Cinta
Ibnu Qayyim menyebutkan 20 tanda dan bukti cinta di dalam bukunya. Di sini saya ringkaskan menjadi beberapa saja, yaitu: Kerinduan, Kepedulian, Penghormatan, Pengorbanan dan Kecemburuan.
Tentang rindu telah disebutkan secara ringkas di atas. Rindu melahirkan banyak tanda-tanda dan bukti, seperti:
- banyak menyebut nama kekasih dan membicarakannya. Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk banyak berdzikir, menyebut-Nya.
- Mengenang sang kekasih, sehingga melahirkan kecintaan pada rumah, kota, serta pada apa dan siapa yang disukai kekasih.
- Ingin segera berjumpa kekasih. Kegundahan lenyap jika berjumpa
- Pandangan selalu tertuju pada kekasih. Tak ingin lepas menatapnya dan tak ingin berpisah.
Kepedulian Cinta
Orang yang jatuh cinta punya kepedulian dan perhatian yang lebih kepada sang kekasih. Menghadiahkan sekuntum bunga hanyalah bagian kecil dari bentuk perhatian dan kepedulian. Bentuk perhatian tidak hanya berupa pemberian, namun juga bisa berbentuk permintaan, perintah, larangan dan ancaman. Seorang ibu yang melarang anaknya makan permen atau minum es adalah salah satu wujud perhatian dan kepedulian sang ibu kepada anaknya. Karena kecintaannya, ia tidak ingin anaknya sakit gigi gara-gara makan permen atau sakit perut gara-gara minum es sembarangan.
Sebaliknya bila tidak ada cinta, maka tidak ada juga perhatian dan kepedulian, bahkan dibiarkan saja semaunya. Allah berfirman: “Dan Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.”. (Q.S. 6:110)
Hanya orang-orang yang dewasa secara rohaniyah yang bisa menangkap perhatian dan kepedulian dalam bentuk ini. Sementara yang masih belum dewasa secara rohaniyah akan menganggap kepedulian hanya dalam bentuk pemberian, sementara larangan dianggap sebagai kekangan, sebagaimana anak kecil yang menganggap larangan ibunya tersebut sebagai bentuk kekangan terhadap kebebasan dan kesenangnnya.
Penghormatan Cinta
Cinta melahirkan penghormatan terhadap apa yang dicintai. Cinta membuat mata tertunduk dihadapan sang kekasih. Allah menyebutkan kesempurnaan etika Rasulullah pada malam beliau di-isra’-kan oleh-Nya: “Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya” (Q.S. 53:17).
Allah-pun memberikan salam penghormatan kepada kekasih-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk turut memberikan penghormatan (Q.S. 33:56). Allah juga memberikan kehormatan kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلانًا فَأَحِبَّهُ قَالَ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ قَالَ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الأَرْضِ
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berfirman: “ Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia”. Maka Jibril-pun mencintainya pula. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit: “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah pula ia”. Maka ia-pun dicintai oleh seluruh penghuni langit. Kemudian dibuatlah untuknya orang-orang yang ada di bumi menyukainya”.
Sebagai seorang suami, Rasulullah sangat menghormati istri-istri beliau. Tidak pernah beliau mencela masakan istri-istrinya. Tidak pernah keluar kata-kata kasar dari mulut beliau.
Penghormatan cinta memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan kedudukannya.
Pengorbanan Cinta
Ibadah Qurban adalah sebuah napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim dan Isma’il. Setelah sekian lama tidak memperoleh keturunan, Ibrahim dikarunia seorang anak yang diberi nama Isma’il. Anak tunggal yang telah sekian lama dinanti-nantikan ini, kemudian diperintahkan oleh Allah agar disembelih. Khalilullah (kekasih Allah) Ibrahim ‘alaihis-salam rela dan patuh terhadap perintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya tersebut (lihat Q.S. 37: 99-111).
Cinta memang butuh pengorbanan. Orang-orang yang jatuh cinta akan meninggalkan salah satu diantara dua hal yang disukainya demi meraih yang paling disukainya. Orang-orang yang cintanya lebih besar kepada Allah akan lebih menyukai cinta Allah di bandingkan cinta makhluk-Nya. Dia rela mengorbankan cintanya kepada makhluk-Nya demi meraih ridha-Nya.
Allah berfirman: “Katakanlah (hai Muhammad): "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. (Q.S. 3:31)
Cemburu Cinta
Ada dua jenis jemburu: cemburu demi kekasih dan cemburu kepada kekasih
Cemburu demi kekasih artinya suka karena kekasih dan marah karena kekasih apabila haknya diremehkan, kehormatannya dilecehkan, atau mendapat perlakuan yang menyakitkan dari orang lain. Ia segera mengambil tindakan untuk mengubah keadaan sesegera mungkin dan memerangi orang-orang yang menyakiti kekasihnya. Inilah yang disebut kecemburuan hakiki yang dilakukan oleh para Rasul dan para pengikut mereka terhadap orang yang mempersekutukan-Nya dan mendurhakai-Nya.
Cemburu kepada kekasih timbul dalam diri orang yang jatuh cinta karena keengganan dan kemarahannya bila cintaya kepada sang kekasih ada yang menyainginya. Ada dua jenis cemburu ini: Cemburu orang yang jatuh cinta bila ada orang lain menyaingi cintanya kepada sang kekasih; dan kecemburuan orang yang dicintai kepada kekasihnya bila ternyata kekasihnya berhati mendua, mempersekutukannya dengan yang lain.
Kecemburuan seseorang kepada kekasihnya ada dua macam, kecemburuan yang terpuji dan yang tidak disukai. Rasulullah bersabda:
مِنْ الْغَيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ الَّتِي يُحِبُّ اللَّهُ الْغَيْرَةُ فِي الرِّيبَةِ وَالْغَيْرَةُ الَّتِي يُبْغِضُ اللَّهُ الْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ رِيبَةٍ
Diantara cemburu itu ada yang disukai Allah dan ada juga yang dibencinya. Cemburu yang disukai Allah adalah cemburu terhadap hal-hal yang mencurigakan, sedangkan cemburu yang dibenci Allah adalah cemburu bukan karena hal-hal yang mencurigakan” (H.R. Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darimy)
Abdullah bin Syadad berkata: Cemburu itu ada dua macam, cemburu yang memotivasi seseorang untuk memperbaiki keluarganya dan cemburu yang dapat menjerumuskannya ke dalam neraka.
Kecemburuan yang paling bermutu dan utama menurut Al Hafiz Ibnu Qayyim adalah:
- Kecemburuan seorang hamba karena Tuhannya bila hal-hal yang diharamkan oleh-Nya dilanggar dan hukum-hukumnya disia-siakan
- Kecemburuan seorang hamba terhadap hatinya apabila dihuni oleh selain-Nya, merasa tentram dengan selain-Nya, dan rindu kepada selain-Nya (terlebih bila kerinduannya kepada selain Allah melebihi kerinduannya kepada Allah).
- Kecemburuan seorang hamba bila kehormatannya dilecehkan oleh orang lain
Kekasih Sang Maha Pengasih
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa yang melecehkan seseorang yang Ku kasihi, berarti ia telak menantang-Ku untuk berperang tanding. Tidak ada upaya hamba-Ku untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku yang paling Aku sukai melainkan dengan (mengerjakan) apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa berupaya mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, dan Aku menjadi penglihatannya yang dengannya ia memandang, dan Aku menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan Aku menjadi kakinya yang denganya ia berjalan (maksudnya, setiap tindakkannya selalu sejalan dengan syariat Allah). Bila ia meminta kepada-Ku niscaya pasti Aku beri, dan bila ia minta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku lindungi. Aku tidak pernah bimbang untuk melakukan sesuatu seperti kebimbanganku saat mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman. Dia tidak menyukai kematian dan Akupun tidak suka menimpakan keburukan kepadanya, (namun kematian merupakan keharusan baginya)”. (H.R. Bukhari)
Inilah derajat dan kedudukan kekasih Allah. Inilah “hulul” yang sesungguhnya dalam Islam, dan hal ini hanya bisa dicapai bila telah menjadi kekasih Allah yang Maha Pengasih (untuk lebih luas dan jelas tentang hal ini, silahkan baca karya Syekh Islam Ibnu Taymiyyah: al-Furqan Bayn al-Awliya’ ar-Rahman wa Awliya’ asy-Syaithan, diterjemahkan dengan judul: Wali Allah, Kriteria & Sifat-Sifatnya, diterbitkan oleh Lentera, Jakarta: 2000)
____________________
Sumber: Sebagian besar isi tulisan ini diringkaskan dari karya Ibnu Qayyim Al-Juziyah: Raudhatul Muhibbiin wa Nuzhatul Musytaaqiin, diterjemahkan dengan judul: Taman Jatuh Cinta & Rekreasi Orang-orang Dimabuk Rindu, Diterbitkan oleh: Irsyad Baitus Salam, Bandung: 2006
Hanya satu yang perlu kau tahu wahai kekasih hatiku
Bahwa aku masih menyayangimu
Bukan karena ku menolakmu
Apalagi membencimu
Sehingga ku katakan tidak...
Namun cinta yang tumbuh di atas kecintaan Ilahi
Itulah cinta yang abadi
itulah cinta yang ku cari
Pada saatnya nanti
Ku ingin datang menjemputmu
menjadikanmu pengobat rinduku
tapi, itupun jikau kau mau
Boleh jadi, Allah telah menyiapkan untukmu
Juga untukku
Pengganti terbaik
Allah Maha Tahu apa yang kita mau
Namun Allah juga Maha Tahu
Apa yang terbaik untukku dan untukmu
Jika tiba saatnya nanti
Kuharap engkaulah yang terbaik untukku
Dan aku yang terbaik untukmu
Sebagaimana Khadijah
Menjadi yang terbaik buat Muhammad Rasulullah
3 Comments:
Sangat menyentuh... Ya Allah, jadikan sepanjang masaku dirinya sebagai kekasihku yang suci... Amien...
😢😢Alhamdulillah.. Terimakasihh.. Sangat bagus dan bermanfaat
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimmush shalihat, barokallah.. Sgt bermanfaat mnambah pengetahuan. Wassalam
Post a Comment