(Mantan Tokoh Kristen Protestan di Mesir)
I. Kelahiran
Dilahirkan di Kota Iskandariah pada tanggal 13 Januari 1919 dari lingkungan keluarga yang cukup berada. Ayahnya memiliki dua rumah mewah yang terletak di Iskandariah dan Qusaimil Luban. Dilahirkan dalam lingkungan keluarga Kristen. Dari agama nenek moyang yang turun temurun dianut keluarga, menunjukkan kemungkinan besar keluarganya berasa dari keturunan Assaid, wilayah As Yuth.
II. Pendidikan
Bersekolah di sekolah dasar yang cukup mewah di Iskandariah dan berhasil lulus dengan peringkat tertinggi. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama, lalu ke Sekolah Lanjutan Atas. Namun belum sempat menyelesaikan pendidikan, meletus Perang Dunia II tahun 1940 yang menyebabkan kegitan pendidikan terhenti.
Akibat penyerangan Nazi, akhirnya terpaksa pindah dari Iskandariah ke As‘yuth. Di tempat tinggal yang baru inilah beliau bisa menyelesaikan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Kemudian melanjutkan studi di As’yuth American Collage (semacam sekolah tinggi kejuruan) dan selesai pada tahun 1942 dengan predikat cum luade
Setelah sempat berdinas di Depot Logistik, membawahi suatu perusahaan yang berkedudukan di tangsi mileter Amerika di Makstab (sekarang pelabuhan udara Cairo) dan mengabdi kan diri dalam misi agama, kemudian pada tahun 1948 melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Theology (Injil Lahout Collage) yang kurikulumnya langsung di bawah program dan pengawasan Universitas Brostone Amerika dengan masa pendidikan selama 3 tahun ditambah 1 tahun masa kuliah kerja nyata. Pada masa-masa KKN ini para mahasiswa di bawah pengawasan dan bimbingan Utusan Greja yang berkedudukan pada greja-greja tempat praktikum. Beliau berhasil menyelesaikan studi dengan predikat cum luade (memuaskan). Selepas dari studi langsung diangkat sebagai Pendeta dan kepala greja “Al-Injiliah” di Baqur, wilayah As’yuth pada tahun 1952. Beliau memperoleh gelar Doktor dalam disiplin Ilmu Filsafat dan Ketuhanan dari Universitas Brostone di Amerika dnengan desertasi berjudul “Pedang Galyat”.
III. Pengabdian Pada Greja dan Kerja
Dari tahun 1942-1945 mendapat tawaran bertugas di Depot Logistik Militer Amerika. Segala dampak peperangan berkisah tentang tragedi umat yang membuat hati yang cinta damai terenyuh. Setelah Jerman menyerah dan perang berakhir, segala pangkat dan atribut kemiliteran ditanggalkan. Ketetapan hati membenarkan tuntunan hati mengatur langkah untuk esok melintasi kedamaian dalam misi agama menuju keselamatan. Jiwa dan raga sepenuhnya disumbangkan, harta sedikitpun tak tersisa demi Al-Masih dan greja.
Setamat dari Injil Lahot Collage, beliau diangkat sebagai pendeta dan kepala greja “Al-Injiliyah” pada tahun 1952. Dalam ketetapan Konggres Tahunan ”Annihil Injil” (konggres keagamaan yang diselenggarakan di lembah Nil), beliau ditugaskan untuk mengajar pada Sekolah Tinggi Theology di As’yuth dan memimpin greja ”Kebaktian Kudus” cabang misi Inggris-Kanada.
Pada tahun 1954, beliau terpilih sebagai Sekjen Irsaliah Jerman-Swiss yang berkedudukan di Aswan. Di sini beliau kembali aktif menjadi propogandis yang berpindah-pindah dari Dakka sampai ke Adfo di daerah bagian selatan. Pusat aktivitas beliau adalah rumah sakit Jerman, yaitu berpropaganda di tengah kaum muslimin dan muslimat yang memanfaatkan jasa rumah sakit tersebut. Selain itu, diantara kegiatan beliau lainnya adalah menyelenggarakan suatu majelis propaganda rutin dengan kaum Muslimin Aswan yang juga dihadiri oleh bangsa Kopti Aswan.
Beliau mengundurkan diri dalam berkhidmat pada greja, karena saat itu sudah timbul ketetapan memilih Islam. Pemberitahuan tentang keberhentian ini mengejutkan banyak pihak, dan mereka memberikan cuti panjang agar beliau mempertimbangkan kembali keputusan tersebut, namun beliau berketetapan hati dengan keputusan beliau.
Selepas itu, beliau juga pernah bekerja pada ”Standart Staionary & co” yang berkantor di Jl. Abdul Kholik Tharwet No.30 Cairo dengan jabatan Wakil Direktur bagian pemasaran.
Guna membebaskan diri dari usaha, maka pada bulan Maret 1958 beliau mengajukan permohonan berhenti secara resmi dari perusahaan tersebut dan mendirikan perusahaan sendiri dengan nama ”Maktal Philips” dengan izin usaha No. 101662 dari Departemen Perdagangan dengan modal pengalaman kerja plus 200 pound Mesir hasil tabungan. Usaha ini bergerak dalam bidang perdagangan alat-alat tulis dan percetakan dan berhasil membangun hubungan kerja dengan perusahan dagang yang cukup besar, seperti Standard Stationary, Serikat Alkaatibul Misri, Olivetty dan Bross.
Pada tanggal 25 Desember 1959, beliau menulis dua surat yang menyatakan dan mengumumkan keislamannya, surat pertama ditujukan kepada Dr. Thomson selaku atasannya (dalam misi greja) dan yang kedua ditujukan kepada Gubernur Cairo untuk mengumumkan keislamannya. Reaksi dari surat pertama ini sangat hebat: semua relasi jalinan kerja dengan perusahaan-perusahaan besar yang menjadi lintasan bisnis memboikot dan memutuskan hubungan kerja mereka dengan beliau. Hal ini secara praktis menyebabkan berhentinya secara total semua aktivitas perdagangan beliau yang berdampak pada kehidupan ekonomi keluarga beliau. Istrinya yang semula merestui keislamannya-pun juga meninggalkan beliau.
Menteri Wakaf Al-Ustad Ahmad Abdullah Taimah mendengar berita keislaman beliau dan pada bulan Maret 1960 mengundang beliau ke kantor beliau. Setahun kemudian jabatan beliau digantikan oleh Al-Ustad Muhammad Taufik Uwaidah yang juga mengundang beliau di kantornya. Pertemuan yang kedua ini menimbulkan harapan yang cerah, karena Pada tanggal 16 Februari 1961 beliau kemudian diangkat sebagai tenaga ahli di bidang keagamaan dengan status pegawai penuh.
IV. Mengapa Memilih Islam
Beliau menulis: ”Terus terang saya akui secara jujur, bahwa saya telah dikalahkan Al-Qur`an, dan dibuatnya tidak berkutik sama sekali, dan kehendak Allah di atas segala kehendak manusia termasuk diri saya”.
Hal ini bermula ketika beliau mempersiapkan makalah guna menggapai gelar Doktor dalam disiplin ilmu filsafat dan ketuhanan pada Universitas Bronstone di Amerika, dengan makalah yang berjudul ”Pedang Galyat”.
Sebagaimana biasanya dalam mempersiapkan materi propoganda, beliau bermaksud untuk memojokkan Islam dengan kitab suci umat Islam sendiri yaitu Al-Qur`an. Tetapi Allah berkehendak lain, justru semangat yang mengelora di dada dengan garangnya, luluh dan pudar bersama senjata tersebut.
”Terasa bagi saya bahwa Allah lah yang memberi Ilmu, sedang sebelumnya saya tidak berilmu bahkan buta aksara. Dia pula yang pada suatu waktu menjadikan bumerang dari ilmu dan pengetahuan yang saya miliki yang selama ini membiarkan saya dalam kesesatan yang hina. Namun atas kehendak-Nya saya masih diberi hidayah dari siratan sinar kebenaran ayat-ayat-Nya yang menggugah nurani menuju kehendak dan iradat-Nya”.
V. Beberapa Kritiknya Terhadap Ajaran Kristiani
a. Kerancuan Ketauhidan
Di dalam Al-Qur`an dijelaskan dengan gamblang tentang amalan akidah ketauhidan yang mudah difahami si pandai maupun si pandir. Al-Qur`an menyatakan (dalam surah Al-Ikhlash):
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa; 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu; 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan; 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Adapun tauhid dalam agama Al-Masih telah kehilangan intinya yang dihimpun dari pecah-belahan abad IV masehi, menjadi Bapak, Anak, Ruhul Kudus.
Sesungguhnya perselisihan paham tentang ke-Esa-an Tuhan membangkitkan perdebatan yang sengit sejak fajar Masehiah. Setiap kali muncul orang yang menyuarakan kebenaran selalu ditentang oleh greja-greja, bahkan dialah yang dituding memalsukan akidah dan menyesatkan umat. Seperti munculnya Aries dengan niat suci ingin meletakkan ke-Esa-an Tuhan pada proporsi yang sebenarnya, menjelaskan bahwa AL-Masih adalah manusia biasa yang diangkat menjadi Rasul.
Ia juga menerangkan dasar-dasarnya dari kitab Taurat tentang Allah yang mengatakan: ”Aku adalah Allah dan tidak ada Tuhan yang sama dengan Aku” (As’iyaa’ 46:9). Di ayat lain disebutkan: ”Wahai yang ada di seluruh permukaan bumi, menolehlah dan ikutilah Aku dengan penuh ikhlas, karena Akulah Allah dan tidak ada Tuhan yang lainnya” (Asy’iyaa’ 45: 21,22); ”Demgan siapa kalian subhatkan Aku dan memperbandingkan serta mempersamakan dengan Aku, tidak akan ada yang sama” (Asy’Iyaa’ 46:5)
b. Kemurnian Injil Ternodai
Bila diperhatikan dalam Injil Matius bab 28 ayat 19 yang berbunyi: ”Sebab itu pergilah kamu, jadikanlah sekalian bangsa adalah murid-Ku serta membabtiskan dia dengan nama Bapa dan Anak dan Ruhul Kudus”, namun jika diteliti dalam kitab kudus terlihat tambahan kata ”Allah yang tunggal amin” yang diberi tanda di sampingnya bahwa tambahan ini tidak terdapat dalam naskah aslinya, akan tetapi didapat dari kitab yang sudah diterjemahkan ke lain bahasa.
c. Penebusan Dosa
Akan sangat panjang lebar bila diceritakan tentang pengampunan dan penebusan dosa dalam agama Al-Masih.
Dalam Islam, ampunan Allah tidak tertutup bagi manusia betapapun besarnya dosa yang diperbuat. Rahmat dan ampunan-Nya akan diberikan pada siapapun yang bertobat dengan sebenarnya, sebagaimana Firman-Nya:
”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Az-Zumar 53).
Islam memastikan dengan suatu kepastian yang tegas disertai keterangan yang jelas bahwa ampunan itu pemberian Allah semata dan dianugerahkan-Nya kepada mereka yang bertobat, Allah sendiri tidak membutuhkan sekutu (dalam memberikan ampunan). Tiada yang dapat memberi ampunan terhadap dosa-dosa manusia selain Allah.
VI. Karyanya
Setelah bertobat dari akidah Al-Masih (Kristiani) dan menjadi muallaf memluk agama Islam, beliau menulis sebuah buku yang berjudul:
Al-Musytasyriqun Wa Al-Mubasysyirun Fi Al-’Alam Al-’Arab Wa Al-Islam, diterbitkan oleh Al-Maktabah Al-Wa’yul ’Arabi, Cairo. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Zyed Aly Amar dengan judul ”Siasat Misi Kristen dan Orientalis” dan diterbitkan oleh Gema Insani Press, Jakarta. Cetakan pertama pada bulan Desember 1985, dan cetakan kkedelapan pada bulan Maret 1992.
Buku ini bercerita tentang liku-liku kehidupannya sebagai seorang Kristen dan kemudian hijrah kepada Islam, juga mengupas bagaimana pergerakan misi Kristen dan Orientalis. Semuanya dikupas berdasar pengalaman dan pengetahuam beliau selama dalam misi Greja.
Untuk melengkapi gambaran isi buku ini, lihatlah petikan dari buku ini tentang siasat dan misi mereka:
- Dapatnya Inggris terus bercokol di Mesir, juga merupakan jasa timbal balik dari orientalis dan misionaris yang menyebarkan fitnah di dalam negeri untuk melaksanakan politik devide et impera. Mereka berhasil menanamkan bibit perpecahan antara Muslimin dan suku Kopti yang mencapai puncaknya dengan timbulnya pemberontakkan. Keadaan yang kacau di dalam negri memaksa Sultan untuk berpikir mempertahankan tahta kerajaan dengan bantuan kekuatan asing Eropa (hal. 64)
- Propaganda di rumah-rumah sakit (hal.70)
- Misi di lembaga-lembaga pendidikan (hal. 71). ...Keberhasilan ini mereka tempuh dengan dua cara: (1) Mengorbitkan para sarjana bumiputra yang telah terbentuk idiologinya sebagai figur pemimpin; (2) menyajikan buku karangan orang-orang Barat tentang Pendidikan Islamiah secara dangkal dan buram, agar menjadi studi perbandingan dengan pendidikan Barat (Nasrani). Dari siasat tersebut menimbulkan aktivitas bersama para cendikiawan muslim dengan dalih memajukan Islam yang pada dasarnya merupakan penjajahan di bidang idiologi atas kaum Muslimin yang harus mereka sukseskan. Sehingga tampillah murid-muridnya yang mengatas namakan dirinya sebagai reformis Islam, diantaranya Sir Ahmad Khan dari India ...Dari pengaruh dan kegiatan Sir Ahmad Khan di dalam ide pembaharuannya, membawa kesan tersendiri yang menjelma sebagai mazhab Al-Qadiani wal Ahmadiah di India (hal. 104). dan Dr. Thoha Husein, alumni Universitas Prancis. Diantara karyanya yang kontroversial adalah ”asy Syi’rul Jahili” (105). Jika kita bandingkan dengan karya-karya orientalis, buku ini tidak beda dengan misi orintalis yang mendakwakan al-Qur`an sebagai karya manusia... Persamaan-persamaan tersebut dapat kita temukan dalam buku ”Al-Mazhabul Mohammadi”, karya besar H.A.R. Gibb, Guru Besar Bahasa Arab pada Universitas Harford Amerika atau karangan Sunklyr Tusdle yang berjudul ”Masadirul Islam” (hal.106-107)
Semoga ke-Islama-an beliau ini bisa menggugah Kristiani lainnya untuk kembali merenaungkan apakah memang ajaran mereka layak dipertahankan dan diperjuangkan.
Semoga karya beliau ini juga dapat menjadi pelajaran bagi Kaum Muslimin bagaimana siasat mereka dalam upaya memurtadkan orang-orang Islam.
1 Comment:
bahanu urang kita jua gin kada tapi handak tahu wan islam, ini nang ngalihnya. tapaling..
http://noor-ridhwan.blogspot.com
Post a Comment